Kamis, 27 Oktober 2015 saya dan teman-teman saya melakukan praktikum bbl kami yang pertama. Pada praktikum semester ini, kami diharuskan untuk merancang, membuat, dan menguji beton dengan ketentuan yang telah diberikan. Selain itu, kami harus melakukan pengujian tarik terhadap baja. Untuk itu, pada hari pertama praktikum ini kami melakukan pengujian terhadap agregat yang akan kami pakai pada pembuatan beton nantinya. Praktikum pada hari ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu
: pemeriksaan berat volume agregat, analisis saringan agregat kasar dan halus, pemeriksaan zat organik dalam agregat halus, pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus, pemeriksaan kadar air agregat, analisis spesific gravity agregat halus dan agregat kasar
1. Pemeriksaan Berat Volume Agregat
Percobaan pemeriksaan
ini bertujuan untuk menentukan berat volume agregat kasar dan agregat halus. Bahan yang digunakan adalah agregat halus dan agregat kasar, sedangkan peralatan yang digunakan adalah:
-Timbangan
dengan ketelitian 0.1% berat contoh
-Talam
kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
-Tingkat
pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat, terbuat dari baja
tahan karat
- Mistar
pemadat
-Sekop
-Wadah
baja yang cukup berbentuk silinder
Prosedur Pengerjaan
Masukkan agregat ke dalam talam
sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah. Keringkan dengan oven, suhu pada
oven (110±5)˚C sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji. Setelah 24 jam, keluarkan agregat dari oven dan timbanglah beratnya.
2. Analisis Saringan Agregat Halus
Pemeriksaan
ini dilakukan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus. Bahan yang digunakan adalah agregat halus, yaitu pasir, sedangkan peralatan yang digunakan adalah
-Timbangan
dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji
-Seperangkat
saringan
-Alat
pemisah (spittler)
-Mesin
penggetar saringan
-Talam-talam
-Kuas,
sikat kawat, dan sendok
Prosedur Percobaan
Saring agregat halus pada perangkat saringan. Susunan saringan dimulai dari saringan
paling besar di atas dan paling kecil dibawah. Perangkat saringan diguncang dengan tangan atau mesin
pengguncang selama 15 menit. Timbang berat agregat sesuai dengan saringannya masing-masing.
3. Analisis Saringan Agregat Kasar
Pemeriksaan
ini dilakukan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus
Bahan yang digunakan adalah agregat kasar, sedangkan peralatan yang digunakan adalah:
-Saringan
ukuran 25, 19, 9,5, 4,75, 2,38
-Wadah dengan kapasitas yang cukup besar sehingga pada waktu
diguncang-guncangkan benda uji/air pencuci tidak tumpah
-Oven
dilengkapi dengan pengatur suhu sampai (110±5)˚C
-Timbangan
dengan ketelitian 0,1% berat contoh
-Talam
berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat Sekop
Prosedur Percobaan:
Saring agregat kasar pada perangkat saringan. Susunan saringan dimulai dari saringan paling besar di atas dan paling kecil dibawah. Perangkat saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit. Timbang berat agregat sesuai dengan saringannya masing-masing.
4. Pemeriksaan Zat Organik dalam Agregat Halus
Pemeriksaan
zat organik pada agregat halus dimaksudkan untuk menentukan adanya bahan
organik dalam agregat halus yang akan digunakan pada campuran beton. Kandungan
bahna organik yang melebihi batas yang diijinkan dalam agregat halus dapat
mempengaruhi mutu beton yang direncanakan. Menurut persyaratan agregat
halus ini tidak boleh melebihi batas yang diijinkan yang dibuktikan dengan percobaan
warna dari Abrams-Harder dengan larutan NaOH (3%).
Bahan: agregat halus
Alat:
-Botol
gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan penutup lainnya
yang tidak beraksi terhadap NaOH. Volume gelas = 350 ml.
-Standar
warna (organik plate)
-Larutan
NaOH (350 ml)
Prosedur Percobaan
Masukkan pasir ke dalam botol tembus pandang, tambahkan larutan NaOH 3% lalu kocok. setelah dikocok isinya harus mencapai kira-kira ¾ volume botol. Tutup
botol gelas tersebut dan kocok hingga lumpur yang menempel pada agregat nampak
terpisah dan biarkan selama 24 jam agar lumpur tersebut mengendap. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan dengan warna di organik plate.
5. Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
Pemeriksaan ini
bertujuan untuk menentukan besarnya persentase kadar lumpur dalam agregat halus
yang digunakan sebagai campuran beton. Kandungan lumpur < 5% merupakan
ketentuan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton dengan kualitas
yang baik.
Bahan: Agregat halus
Alat:
-gelas ukur
-alat pengaduk
Prosedur Percobaan
Contoh
agregat halus dimasukkan kedalam gelas ukur. Lumpur
dilarutkan dengan air yang ditambahkan kedalam gelas ukur. Gelas
ukur dikocok agar pasir tercuci dari lumpur. Gelas
ukur disimpan pada tempat yang datar dan dibiarkan selama 24 jam. Ukur
tinggi pasir (V1)dan tinggi lumpur (V2) .
6. Pemeriksaan Kadar Air Agregat
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya kadar air yang
terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan
Bahan: Agregat
Alat:
- Timbangan
dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
-Oven
yg bersuhu sampai 110,5oC
-Talam
logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan benda uji
Prosedur Percobaan
1. Talam ditimbang dan dicatat
beratnya (W1)
2. Benda uji dimasukkan ke dalam
talam, kemudian berat talam ditambah benda uji ditimbang. Berat dicatat sebagai W2.
3. Berat benda
uji dihitung dengan
persamaan W3=W2-W1
4. Contoh benda
uji dikeringkan
bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5)oC hingga beratnya tetap
5. Setelah
kering contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4)
6. Berat benda
uji kering dihitung
dengan persamaan W5=W4- W1
7. Analisis Spesific Gravity Agregat Halus
Praktikum
ini bertujuan untuk menentukan bulk and
apparent Specific Gravity dan penyerapan (absorpsi) agregat halus menurut
prosedur ASTM C128.
Alat dan bahan:
-Timbangan
dengan ketelitian 0,5 gram dengan kapasitas minimum sebesar 1000 gram
-Piknometer
dengan kapasitas 500 gram
-Cetakan
kerucut pasir
-Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir
-Berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 1000 gram.
Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah.
Prosedur Percobaan
1.
Agregat
halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan
indikasi contoh tercurah dengan baik.
2.
Sebagian
dari contoh dimasukkan ke dalam cetakan kerucut pasir (metal sand cone mold).
Benda uji lalu dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper) dengan jumlah
tumbukan sebanyak 25 kali setiap satu dari tiga bagian yang terisi. Kondisi SSD
diperoleh ketika butir-butir pasir longsor/runtuh ketika cetakan tersebut
diangkat.
3.
Contoh
agregat halus sebesar 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer. Kemudian
piknometer diisi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung-gelembung
udara dengan cara menggoyang- goyangkan piknometer. Rendamlah piknometer dengan
suhu air 73,43o F selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang
berisi contoh dengan air.
4.
Pisahkan
benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu 213,130F. Langkah ini harus
diselesaikan dalam waktu 24 jam.
5.
Timbanglah
berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada
temperatur 73,43o F dengan ketelitian 0,1 gram.
8. Analisis Spesific Gravity Agregat Kasar
Percobaan
ini bertujuan menentukan bulk dan
apparent specific grafity dan penyerapan/absorbsi dari agregat kasar
menurut ASTM C 127.
Alat dan bahan:
- Timbangan
dengan ketelitian 0,5 gram dan kapasitas minimum 5 Kg
- Keranjang besi dengan diameter 203,2 mm
(8”) dan tinggi 63,5 mm (2,5”)
- Alat penggantung keranjang
-Oven
- Handuk atau kain pel
-Berat contoh agregat halus disiapkan
sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka. Contoh diperoleh dari bahan yang
diproses melalui alat pemisah. Butiran agregat lolos saringan no 4 tidak dapat
digunakan sebagai benda uji
Prosedur Percobaan
1.
Benda uji direndam selama 24 jam
2.
Benda uji dikeringkan permukaannya
(kondisi SSD) dengan menggulungkan handuk pada butiran
3.
Hitung berat contoh kondisi SSD = A
4.
Contoh benda uji dimasukkan kekeranjang
dan direndam kembali didalam air. Temperature air dijaga (73.4 ± 3)0F, dan kemudian
ditimbang, setelah keranjang digoyang-goyangkan didalam air untuk melepaskan
udara yang terperangkap. Hitung berat contoh kondisi jenuh = B
5.
Contoh dikeringkan pada temperature
(212-130)0F. Setelah didinginkan kemudian ditimbang. Hitung berat contoh
kondisi kering = C
Itulah yang saya dan teman-teman saya lakukan di hari pertama praktikum BBL ini.